Asesmen Nasional Gunanya Apa?

Asesmen Nasional Gunanya Apa?

Asesmen Nasional (AN) akan diselenggarakan sebentar lagi. Namun masih banyak masyarakat yang bingung apa bedanya AN dan Ujian Nasional (UN). Termasuk pertanyaan mengenai hasil AN akan dibuat syarat kelulusan atau tidak.

asesmen nasional gunanya apa

Ilustrasi Ujian Nasional (PRFM)

 

Menjawab hal itu, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo menjelaskan keduanya. Menurut Anindito, Asesmen Nasional sangat berbeda dengan Ujian Nasional karena Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan.

Asesmen Nasional dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi perbaikan kualitas pembelajaran. Anindito juga menyampaikan bahwa AN akan memetakan kualitas pendidikan nasional dan memberi umpan balik kepada sekolah, dinas pendidikan, dan pemerintah pendidikan.

“Pertama AN akan memetakan, kita akan mendapatkan peta kualitas di seluruh Indonesia. Dan yang kedua memberi umpan balik kepada madrasah, sekolah, dinas pendidikan, dan pemda. Jadi itu fungsinya. Nanti petanya ini juga secara berkala kita update, sehingga kita bisa memantau kemajuan dari kualitas pendidikan kita,” jelas Anindito, dilansir dari laman Direktorat SMP.

Lebih lanjut, Anindito menjelaskan lebih detail terkait umpan balik atau hasil yang akan didapatkan dari pelaksanaan Asesmen Nasional. Terdapat dua informasi utama yang nantinya akan disajikan sebagai umpan balik :

1. Kompetensi dan karakter murid

AN memberi umpan balik tentang kompetensi dan karakter peserta didik yang menjadi tujuan utama pembelajaran. Informasi ini diharap dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Informasi terkait kemampuan dan karakter peserta didik merupakan informasi mendasar yang perlu diprioritaskan untuk melakukan peningkatan baik oleh sekolah, guru, maupun orang tua sehingga karakter pancasila dan peningkatan kompetensi dapat tercapai.

AN tidak lagi berorientasi pada ketuntasan materi, namun berorientasi pada pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik.

AN tidak lagi berorientasi pada ketuntasan materi, namun berorientasi pada pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik.

asesmen nasional

2. Ciri-ciri sekolah efektif

AN juga memberikan gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif dalam mengembangkan kompetensi dan karakter murid.

Informasi tersebut mencakup ciri pengajaran yang baik, refleksi guru, kepemimpinan kepala sekolah, sampai dengan program sekolah yang membentuk iklim akademik, sosial, dan keamanan kondusif.

Hal ini diharap membantu sekolah lebih memahami apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hasil AN akan dikembalikan kepada sekolah dan pemerintah daerah melalui platform Rapor Pendidikan yang akan memudahkan evaluasi diri dan perencanaan tindak lanjut.

Dalam Rapor Pendidikan tidak ada skor individu murid, guru, maupun kepala sekolah, namun hanya skor sekolah yang dirancang untuk melakukan refleksi dan evaluasi. Sekolah dan dinas pendidikan hanya dapat mengakses skor sekolahnya sendiri dan tidak dapat melihat skor dari sekolah lain. Tidak ada peringkat skor yang ditampilkan.

asesmen nasional

Anindito menyampaikan jika AN adalah ajakan dan dorongan untuk bertransformasi di mana perwujudannya membutuhkan aksi dan kolaborasi dari semua pihak, baik pemerintah, guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, murid, serta orang tua.

“Asesmen Nasional pada dasarnya ajakan dan dorongan dari Kemendikbud untuk melakukan transformasi pembelajaran,” Ujarnya. Namun, AN sebagai perwujudan dari cita-cita transformasi dan membutuhkan aksi lebih lanjut dan kolaborasi dari semua pihak. “Tidak bisa hanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kita butuh kolaborasi dengan guru-guru, dengan pemda, murid, dan orang tua,” pungkas Anindito.

Sumber : Kompas

Asesmen Nasional Bukan Pengganti Ujian Nasional : Orangtua Tidak Perlu Khawatir

Asesmen Nasional Bukan Pengganti Ujian Nasional : Orangtua Tidak Perlu Khawatir

Menjawab kekhawatiran banyak orangtua, Kemendikbud Ristek kembali mengingatkan asesmen nasional (AN) bukan pengganti ujian nasional (UN) sehingga tidak menuntut pelajaran tambahan untuk mendapatkan hasil AN yang baik.

Asesmen Nasional Bukan Ujian Nasional – Kemendikbud

Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional (UN). Demikian ditegaskan oleh Kemendikbud Ristek ketika menjawab kekhawatiran banyak orangtua, sehingga tidak menuntut pelajaran tambahan untuk mendapatkan hasil AN yang baik.

Hal ini kembali ditegaskan Direktur Sekolah Dasar, Ditjen Pauddasmen, Sri Wahyuningsih dalam webinar “Serentak Bergerak: Mempersiapkan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) melalui Digital Literacy” (9/9/2021).

Ia menyebut masih banyak kerisauan dan kecemasan yang muncul akibat pelaksanaan asesmen nasional 2021, di antaranya orangtua yang menganggap AN merupakan pengganti ujian nasional dan sekolah yang masih berpikir memberikan pelajaran tambahan untuk mendapatkan hasil AN yang baik.

Asesmen Nasional bukan Ujian Nasional

Menurutnya, dalam prosedur operasional standar implementasi AN, semua sudah dijelaskan secara teknis, bahwa AN bukanlah ujian. AN, kata dia, dilakukan sebagai dasar untuk mendapatkan informasi konkret terhadap kualitas pendidikan, baik di level sekolah, maupun kabupaten, kota, dan provinsi.

“Dengan AN, kita dapat mempersiapkan perencanaan pendidikan yang lebih baik berdasarkan hasil yang didapatkan nanti. Baik sekolah, pemda, maupun pemerintah pusat, bersinergi mendorong percepatan kualitas SDM unggul di masa yang akan datang melalui AN,” jelas Ning.

5 Poin Persiapan Asesmen Nasional

Sementara itu, Koordinator Data dan Statistik, Pusat Data dan Informasi, Kemendikbudristek, L. Manik Mustikohendro, mengatakan ada lima poin penting yang harus disiapkan.

Kelima poin tersebut, kata dia, adalah menyangkut kesiapan peserta didik, panitia, infrasutruktur, TIK, listrik, dan jaringan listrik. Manik menuturkan, kesiapan peserta untuk mengikuti pelaksanaan AN harus diperhatikan. Peserta yang terdiri dari siswa, guru, dan kepala sekolah ini, perlu memastikan kondisi tubuhnya dalam kondisi baik agar dapat menjalankan asesmen dengan baik.

Terkait kesiapan panitia, Manik menyebut ada beberapa pihak yang terlibat, mulai dari panitia itu sendiri, pengawas, dan proktor. Dari sisi infrastruktur, Manik menjelaskan bahwa semua komputer yang akan digunakan harus dipastikan berjalan dengan baik. Begitu juga dengan tim yang berada di kementerian akan memastikan basis data juga berjalan dengan baik.

Ilustrasi Siswa Mengerjakan Ujian Online – Tribunnews

“Dan yang terakhir itu adalah kesiapan listrik, kita bekerja sama dengan PLN untuk memastikan agar listrik tidak mati selama AN berjalan,” kata Manik.

Manik menjelaskan, ada empat dimensi yang perlu dilihat secara holistik integratif dalam pelaksanaan AN. Yang pertama adalah dimensi manajemen, di mana ada empat tahapan yang perlu dilakukan, yaitu perencanaan, penganggaran, implementasi, dan monitoring evaluasi.

Dimensi kedua, kata Manik, adalah ekosistem, di mana ada tiga level di dalamnya, yaitu masyarakat, anak, dan peserta didik. “Peserta didik adalah subset atau bagian dari anak, dan anak adalah bagian dari masyarakat. Kalau berbicara pendidikan, ada pendidikan peserta didik, pendidikan anak atau keluarga, dan ada pendidikan masyarakat. Semua ini terkait, dan tidak bisa kita bicara tentang pendidikan peserta didik tanpa memperhatikan pendidikan masyarakat,” jelasnya.

Dimensi ketiga, lanjut Manik, adalah evaluasi proses belajar mengajar. Selanjutnya, keempat adalah kewenangan yang di dalamnya ada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. “Nah, ini kenapa disampaikan kembali bahwa dari manajemen tadi tentu akan muncul integrasi,” tuturnya.

Peneliti pada Pusat Asesmen Pendidikan, Rahmawati, mengatakan, AN dibutuhkan walaupun tidak jadi penentu kelulusan. AN, kata dia, sebagai cermin atau alat deteksi untuk mengetahui kondisi sekolah, dan nantinya mengetahui di bagian mana yang harus diperbaiki. “AN itu seperti kaca, sehingga kita tahu mana yang harus diperbaiki, dan AN bukan untuk individu murid tetapi agregat sekolah,” jelasnya. ( Kompas.com )

Ayah Bunda, Bimbel Teladan sebagai salah satu penyedia layanan bimbingan belajar dan les privat SD SMP dan SMA siap membantu putra putri Ayah Bunda untuk dapat belajar dan memahami lebih baik materi pelajaran di sekolah. Les privat kami dapat dilakukan secara offline maupun online (via Zoom dan Telegram/Whatsapp).

Sebagaimana kebijakan dari Kemendikbud Ristek, fokus perhatian ke depan adalah pada pemahaman lebih baik lagi pada bidang Matematika, Sains, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Silakan hubungi kami melalui bit.ly/InfoBimbelTeladan .

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?

 

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS).  Ujian Nasional (UN) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) baru saja berlalu. Ujian yang diikuti oleh sekitar 1.812.565 siswa SMA dan MA di seluruh Indonesia ini berlangsung pada 9 April hingga 12 April 2018.

Namun, berakhirnya UN meninggalkan masalah. Salah satunya keluhan dari para siswa peserta ujian, mengenai sulitnya soal-soal yang diberikan, terutama soal matematika.

Bahkan, berita sebelumnya menyebutkan akun Instagram Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhadjir Effendy (@muhadjir_effendy), akun Twitter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (@Kemdikbud_RI), serta akun Instagram Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud (@pustekkom_kemendikbud) menjadi sasaran keluhan.

Dalam tanggapannya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan bahwa bobot pada soal-soal UNBK, terutama mata pelajaran matematika memang berbeda dengan penilaian biasanya. Soal-soal tertentu dibuat lebih sulit dan membutuhkan daya nalar tinggi, atau higher order thinking skills (HOTS).

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Apa sebenarnya konsep Higher Order Thinking Skills yang sedang ramai dibicarakan ini?

Alice Thomas dan Glenda Thorne mendefinisikan istilah HOTS dalam artikel yang berjudul How to Increase Higher Order Thinking (2009) sebagai cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau menceritakan kembali sesuatu yang diceritakan orang lain.

Keterampilan mental ini awalnya ditentukan berdasarkan Taksonomi Bloom yang mengategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

Konsep Benjamin S. Bloom dkk. dalam buku Taxonomy of Educational Objectives (1956) itu, sejatinya merupakan tujuan-tujuan pembelajaran yang terbagi dalam tiga ranah.

Ketiga ranah tersebut adalah Kognitif, merupakan keterampilan mental (seputar pengetahuan); Afektif, sisi emosi (seputar sikap dan perasaan); dan Psikomotorik, yang berhubungan dengan kemampuan fisik (keterampilan).

Taksonomi untuk menentukan tujuan belajar ini bisa disebut sebagai “tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran”. Setelah menjalani proses pembelajaran tertentu, siswa diharapkan dapat mengadopsi keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang baru.

Tingkatan keterampilan berpikir yang dibagi menjadi tingkat rendah dan tinggi, merupakan bagian dari salah satu ranah yang dikemukakan Bloom, yaitu ranah kognitif. Dua ranah lainnya, afektif dan psikomotorik, punya tingkatannya tersendiri.

Ranah kognitif ini kemudian direvisi oleh Lorin Anderson, David Krathwohl, dkk. pada 2001. Urutannya diubah menjadi (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).

Tingkatan 1 hingga 3, sesuai konsep awalnya, dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS). Sedangkan butir 4 sampai 6 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Apa itu Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Taxonomy Bloom

 

Lalu bagaimana mengenali tingkatan dimaksud dalam proses pembelajaran?

Bloom sejak awal mengenalkan kata-kata kerja operasional yang bisa digunakan sebagai panduan. Demikian pula dalam versi revisi Anderson dan Krathwohl. Pada tingkat mengingat, misalnya, diindikasikan dengan kata kerja seperti mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, dan kata lain sejenis.

Pada tingkatan lebih tinggi, misalnya mencipta, kata-kata kerja yang bisa digunakan sebagai rumusan tujuan belajarnya antara lain mengategorisasi, mengombinasikan, mengompilasi, merancang, mengembangkan, atau kata lain sejenis.

Lalu, apa masalahnya dengan soal-soal yang terdapat dalam UNBK itu?

Menurut Abduhzen dan Satriawan Salim, Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), cara pandang pemerintah yang ingin meningkatkan peringkat Indonesia dengan mengandalkan UNBK hanya bersifat parsial dan tidak utuh.

Abduhzen dalam wawancara dengan Okezone.com mengatakan seharusnya konsep dan praktik pembelajaranlah yang terlebih dahulu dibenahi. “Dibahas atau dikaji dulu baru dirumuskan, dibuat kebijakan, baru kemudian lakukan sosialisasi,” ujarnya.

HOTS bukan mata pelajaran, bukan juga soal ujian, tambah Abduhzen. HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran. Kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.

Bila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi Bloom. Kata kerja yang digunakan, menentukan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa.

Itu artinya, kata-kata kunci yang direkomendasikan Bloom dkk., tak bisa sekonyong-konyong diterapkan dalam soal, bila dalam proses pembelajaran tak pernah diterapkan.

Muhammad Nur Rizal, seorang pemerhati pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), menambahkan bahwa proses belajar di kelas selama ini belum mampu menghidupkan nalar peserta didik. Kemampuan dalam mengerjakan ujian hanya berdasarkan pada kebiasaan mengerjakan soal berbasis kisi-kisi.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya menaikkan tingkat kesulitan soal menggunakan konsep HOTS, melainkan secara menyeluruh mulai dari kurikulum. Misalnya dengan mengurangi materi dan memperbanyak refleksi dan proses belajar berbasis proyek.

Akan tetapi, perubahan tersebut harus berlaku dalam sistem perekrutan dan pengembangan profesionalitas guru. Kunci dari persoalan ini ada pada para pendidik, ungkap Satriawan. “Sayangnya pelatihan guru agar siap melaksanakan metode HOTS belum berjalan secara optimal,” klaimnya seperti dikutip Okezone.com.

 

Sumber tulisan : www.beritagar.id

Sumber gambar : https://lc.gcumedia.com/res811/find-your-purpose-the-path-to-a-successful-doctoral-experience/v1.1/blooms-taxonomy.html

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018

FSGI Soroti High Order Thinking Skills di Soal UNBK Matematika

 

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018

 

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018.  Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sengaja menaikkan tingkat kesulian soal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan soal yang membutuhkan daya nalar tinggi atau high order thinking skills (HOTS), khususnya pada mata pelajaran matematika.

FSGI menyoroti, dalam konteks teori pendidikan, tingkatan keterampilan berpikir atau cognitive skills yang merupakan domain pengetahuan memiliki enam tingkatan atau dikenal dengan Taksonomi Bloom. Dalam teori itu, semakin tinggi tingkatan maka disebut sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018

“Faktanya, kondisi saat ini para siswa kita masih berpikir di level tingkat rendah (lower order thinking skill), sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai assessment internasional, seperti PISA dan TIMSS,” ujar Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim, dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (14/4).

Menurutnya, keterampilan berpikir HOTS tersebut seharusnya bukan difokuskan pada akhir pembelajaran siswa atau dalam soal ujian seperti UNBK. Dia mengatakan, berpikir tingkat tinggi atau HOTS sebaiknya ditunjukkan ke dalam proses pembelajaran siswa selama tiga tahun.

“Itu artinya, pernyataan dan pembelaan diri Mendikbud kemungkinan besar keliru, karena memfokuskan berpikir HOTS hanya pada soal UNBK. Menguji seorang anak dengan soal yang tidak pernah diajarkan adalah bentuk ketidakadilan,” ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, FSGI menilai ada ketimpangan. Siswa tidak pernah diajarkan berpikir pada level HOTS. Proses pembelajaran di sekolah pun tidak sesuai standar HOTS.

Namun, mereka harus menghadapi ujian dalam level tersebut. “Percuma saja soal-soal ujiannya di level tinggi, tetapi proses pembelajaran siswa tidak pernah menyentuh kemampuan berpikir kritis, evaluatif dan kreatif,” kata dia.

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018

Dia menambahkan fakta di lapangan, guru dan siswa hanya fokus mempelajari soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, penyelenggaraan try out oleh sekolah dan dinas pendidikan setempat juga hanya melatih siswa agar mampu menjawab soal dengan cepat dan tepat.

Dengan demikian, FSGI menilai pembelajaran tidak diarahkan kepada proses menumbuhkan kesadaran dan keterampilan berpikir kritis tersebut di dalam kelas. “Inilah salah satu cacat dari pelaksanaan UN sedari dulu,” ujarnya.

Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan Kemendikbud mulai tahun ini mulai memberlakukan soal yang membutuhkan daya nalar tinggi atau high order thinking skills atau HOTS. Mendikbud menargetkan secara substantif meningkatkan kualitas dari UN tersebut dengan memasukkan soal HOTS tersebut.

Pada kesempatan berbeda, Muhadjir juga mengatakan pemberian bobot pada soal ujian nasional berbasis komputer (UNBK) khususnya untuk mata pelajaran matematika tingkat sekolah menengah atas (SMA) sederajat berbeda dengan penilaian biasanya. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kesulitan soal.

Soal HOTS UNBK Matematika SMP 2018

“Memang yang akan dipetakan lewat UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. Tetapi pemberian bobotnya juga beda,” ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu.

Mendikbud mengakui soal UN pada tahun ini lebih sulit karena memang yang ingin dipetakan melalui UN antara lain adalah aspek tingkat kesulitan tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa. “Saya justru kecewa, kalau banyak siswa yang bilang soalnya gampang. Tidak belajar sungguh sungguh pun bisa mengerjakannya,” kata dia.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/18/04/15/p76vjm428-fsgi-soroti-high-order-thinking-skills-di-soal-matematika

Belajar bisa lebih menyenangkan. Les privat SD SMP SMA di Bogor Sukses UAS UKK UN langsung kontak 08121910697 atau 08159191156.

Manfaat Belajar Matematika Dalam Kehidupan Sehari-hari

Meski Sulit, Belajar Matematika Punya Manfaat Dalam Kehidupan Sehari-hari

 

Manfaat Belajar Matematika Dalam Kehidupan Sehari-hari.  Ngaku deh, kamu pecinta mata pelajaran matematika bukan sih? Matematika ini jadi salah satu pelajaran yang banyak dibenci, karena begitu rumitnya. Padahal, adanya pelajaran matematika membawa beberapa manfaat di kehidupan nyata lho. Kalau kamu merasa kesulitan, ada bimbel kelompok belajar guru datang ke rumah di Kota Bogor Jawa Barat yang siap membantumu belajar dan memahami pelajaran satu ini hingga paham.

Salah satu kunci agar bisa lancar belajar matematika adalah dengan menikmati setiap proses belajarnya. Harus enjoy, apapun keadaannya. Tapi ya…. untuk yang sudah benci sih rasanya akan susah. Jika ini terjadi padamu, coba deh untuk menggali dulu manfaat belajar matematika agar kamu tergugah dan bisa menikmati setiap proses belajar mata pelajaran satu ini.

Manfaat Belajar Matematika Dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Menjadi ilmu dasar untuk berdagang nantinya. Walaupun tidak ahli, tapi setidaknya dengan belajar matematika dasar saja sudah bisa berguna untukmu. Ilmu ini nantinya akan membantumu berdagang. Sekadar untuk menghitung untung rugi juga butuh ilmu hitung lho
  2. Ilmu berhitung dasar. Belajar matematika nantinya akan memudahkanmu dalam belajar kimia, fisika, akuntansi, ekonomi, dan semua pelajaran yang ada ilmu hitungnya. Ibaratnya, jika sudah bisa dasarnya, maka akan lebih mudah untuk mengembangkannya
  3. Melatih cara berpikir. Setiap kemampuan orang tentu berbeda-beda. Dengan seringnya belajar matematika, ini akan membantu cara berpikirmu berkembang dan lebih cepat. Ketika mengerjakan soal dan hasilnya salah, maka secara jelas Anda harus memperbaikinya hingga mendapat jawaban yang benar. Dari sinilah cara berpikir Anda akan terlatih dan berkembang
  4. Melatih kesabaran. Ini betul banget! Suka sebel nggak sih kalau ketemu soal sulit tapi kamu wajib menyelesaikannya? Di sinilah sesunggguhnya kesabaran diuji. Ketika berhasil menyelesaikan soal yang rumit dan begitu panjang, sesungguhnya kamu berhasil melewati ujian!

Belajar matematika juga bisa meminta bantuan mereka yang sudah ahli di bidangnya. Kesulitan belajar matematika? Tenang, ada bimbel kelompok belajar guru datang ke rumah di Kota Bogor Jawa Barat yang siap membantu.

Gimana, nggak sulit kan belajar matematika? Siapa saja bisa belajar matematika, termasuk kamu.

Untuk tahu manfaat belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari, kamu ambil les privat di Bimbel Teladan Bogor. Khususnya untuk kamu yang tahun depan akan USBN atau UNBK dan SBMPTN serta punya target masuk sekolah dan kampus favorit di kota kamu, Bimbel Teladan adalah pilihan tepat. Buat yang ingin nilai UKK melejit, belajar di Bimbel Teladan adalah pilihan tepat. Langsung kontak kami di 08121910697 atau 08159191156 via telepon, SMS atau WhatsApp.

 

× Ada yang bisa kami bantu?