Skor PISA Terbaru Indonesia, Ini 5 PR Besar Pendidikan
Hasil Programme for International Student Assessment ( PISA) untuk Indonesia tahun 2018 telah diumumkan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Pengukuran PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi.
Pemaparan hasil PISA 2018 untuk Indonesia disampaikan Yuri Belfali (Head of Early Childhood and Schools OECD) dan Totok Suprayitno (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud) di Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Totok menjelaskan, pengukuran PISA yang dilakukan OECD melibatkan 12.098 peserta didik dari 399 sekolah di beberapa wilayah Indonesia yang dianggap mewakili.
Tes PISA 2018 mulai beralih dari penilaian berbasis kertas menjadi berbasis komputer. “Domain yang diukur adalah membaca, selain itu dilakukan juga penilaian matematika, sains, literasi keuangan, kompetensi global,” jelas Totok.
“Domain yang diukur adalah membaca, selain itu dilakukan juga penilaian matematika, sains, literasi keuangan, kompetensi global,”
1. Kemampuan baca siswa rendah
Yuri Belfali (Head of Early Childhood and Schools OECD) dalam paparan awalnya menyampaikan, kemampuan baca siswa Indonesia berada dalam kelompok kurang bersama dengan negara-negara seperti Saudi Arabia, Maroko, Kosovo, Republik Dominika, atau Kazakhstan dan Filipina.
Bila rerata kemampuan baca negara-negara OECD berada di angka 487, skor Indonesia berada di skor 371. Peringkat pertama diraih China (skor 555), kemudian diikuti Singapura (549) dan Makau (525).
2. Skor matematika dan sains di bawah rata-rata
Demikian pula dengan skor PISA Indonesia untuk matematika dan sains yang juga menjadi pekerjaan rumah besar. Rerata skor PISA negara anggota OECD untuk matematika dan sains 489.
Mengikuti tes PISA sejak tahun 2000, pada tahun 2018 skor PISA Indonesia untuk matematika berkisar di angka 379 dan sains di skor 396. Sebagai pembanding, China dan Singapura menempati peringkat tinggi untuk skor matematika dengan skor 591 dan 569.
3. Alami tren penurunan kemampuan
Sejak mengikuti penilaian PISA sejak tahun 2000 untuk literasi baca, matematika, dan sains, skor kemampuan baca dan matematika justru mengalami penurunan untuk literasi baca dan matematika.
Skor kemampuan baca dan matematika justru mengalami penurunan untuk literasi baca dan matematika
Untuk kemampuan baca, skor Indonesia di awal mengikuti tes PISA 371 dan mengalami peningkatan 382 (tahun 2003), 393 (tahun 2006), dan 402 (tahun 2009), kemudian terus mengalami penurunan 396 (tahun 2012), 397 (tahun 2015), dan titik terendah 371 (tahun 2018).
Demikian pula dengan capaian kemampuan matematika yang jika tidak berhati-hati akan mengalami penurunan. Tahun 2003, capaian skor PISA matematika di angka 360, naik menjadi skor 371, serta 375 tahun 2009 dan 2012. Setelah puncak tahun 2015 di tahun dengan skor 386, skor PISA matematika Indonesia kembali turun di angka 379.
Tren naik turun terjadi dalam capaian kemampuan sains PISA siswa Indonesia yang sempat berada di angka 393 (tahun 2006), turun di angka 383 (tahun 2009) dan 382 (tahun 2012), kemudian naik lagi tahun 2015 dengan skor 403. Sayangnya, skor kemampuan sains kita kembali mengalami penurunan di laporan terakhir PISA tahun 2018 di angka 396.
4. Persentase capaian masih rendah
Dalam paparan berikutnya, Totok Suprayitno (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud) menjelaskan, hasil PISA 2018 menjadi alarm dini untuk melakukan perubahan paradigma pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan hasil tes PISA untuk Indonesia, Totok memaparkan masih belum meratanya kemampuan baca, matematika, dan sains. Hanya 30 persen siswa Indonesia yang memenuhi kompetensi kemampuan baca minimal.
Demikian pula dengan kompetensi matematika, di mana masih 71 persen berada di bawah kompetensi minimal. Sedangkan untuk sains, sebanyak 40 persen siswa Indonesia masih berada di bawah kemampuan minimal yang diharapkan.
“Berdasarkan hasil PISA, diperoleh gambaran masih ditemukannya tingginya disparitas (jarak) mutu dan hasil pendidikan tiap daerah.”
5. Lagi, soal pemerataan mutu
Totok menambahkan, berdasarkan hasil PISA, diperoleh gambaran masih ditemukannya tingginya disparitas (jarak) mutu dan hasil pendidikan tiap daerah.
Hasil PISA 2018 menunjukkan, capaian siswa di Jakarta dan Yogyakarta berada di mendekati nilai rata-rata OECD dan dapat disejajarkan dengan Malaysia dan Brunei untuk seluruh bahan uji PISA literasi baca, matematika, dan sains. DKI dan Yogyakarta meraih skor 410 dan 411 untuk baca, 416 dan 422 untuk matematika, serta 424 dan 434 untuk sains. Dengan total hasil seluruh wilayah Indonesia yang rendah, hal ini menunjukkan masih tingginya gap/jarak mutu pendidikan antarwilayah di Indonesia.
Sumber bacaan (diedit seperlunya): https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-indonesia-ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all